MUHAMMAD SYAMSUL MA’ARIF
“Benih Santri Tumbuh Menjadi Pemuda Kantoran”
Mungkin
bagi sebagian orang yang belum
mengenalnya, pemuda gagah asal Demak, Jawa Tengah ini
terkesan jutek, tetapi berada lebih dekat dengan pemilik nama lengkap Muhammad
Syamsul Ma’arif (26 tahun), waktu satu jam terasa sangat singkat. Apalagi kalau
bicara tentang perjuangan kehidupan, yaitu dunia yang membawanya dalam kesuksesan saat ini , maka
dia akan membawa kita kedalam cerita kehidupannya mulai dia kecil hingga
dewasa, tanpa ada kesan bahwa dia menyombongkan kesuksesan dirinya.
Bergaya santri dengan
busana rapi dengan senyum yang mengembang diwajahnya, laki laki yang akrab
dipanggil Syamsul, sekarang bekerja di Kementrian Agama Republik Indonesia
sebagai Staf bagian Tim Teknis Operator
Pusat Sertifikasi. Kesibukan yang selalu
memenuhi hari harinya mulai dari melakukan pendataan – pendataan, penetapan
guru yang layak mendapat sertifikasi serta penetapan kurikulum yang akan
digunakan diseluruh sekolah umum maupun madrasah se Indonesia dalam Pendidikan
Agama Islam merupakan hasil kerja banting tulang dalam dunia pendidikannya
dahulu, hingga saat ini membawanya dalam keberhasilan. Sebuah pendidikanlah
yang selalu membuat pemuda ini semangat dalam melaksanakan semua aktivitasnya.
Berbekal sebuah pengalaman dan title S1 nya untuk bekerja ditempat
tersebut, Ia mampu menjadikan dirinya sebagai karyawan termuda di Kantor Kementrian
Agama RI. Bukan hal yang mudah untuk mencapai itu semua, jelas usahanya pun
cukup keras untuk bisa memperoleh keberhasilan itu. Motivasi – motivasi besar
yang Ia peroleh dijadikan sebagai pendukung dalam cerita hidupnya.
Keberhasilan yang diraihnya
selama ini merupakan proses panjang perjalanan
hidupnya. Perjalanan yang malang melintang di dunia
pendidikan hingga menjadi orang kantoran
memberikan banyak makna kehidupan yang sebenarnya. Sejak sekolah dasar
Ia sudah menampakkan bakatnya dalam dunia pendidikan. Mulai memperoleh nilai –
nilai yang memuaskan bahkan pemuda yang kerap dipanggil Syamsul ini mampu
meraih prestasi memuaskan ketika dia duduk di bangku MA. Pemuda asal Demak,
Jawa Tengah ini mengatakan kalau pendidikan itu sangatlah penting bagi diri
kita sendiri dan masyarakat. Apalagi terlahir dari keluarga sederhana, pemuda
ini memiliki cita – cita yang tinggi untuk mampu merubah keluarga dan
lingkungannya terutama kalangan strata menengah ke bawah dengan memiliki
jatidiri yang kuat sebagai bangsa Indonesia dan apresiasi sebagai seseorang
yang lahir dari keluarga sederhana dan mencintai tanah airnya sendiri, yaitu
Indonesia.
Laki - laki yang menyukai olahraga ini
mengenyam pendidikan MA di sebuah Pondok Pesantren di Demak, hobinya dalam bidang
olahraga ternyata telah membawa perubahan besar dalam dirinya saat ini hingga
membuat pemuda ini berbalik arah dalam menentukan studi kuliahnya. Hobi
olahraganya yang tak tersalurkan hampir membuat pemuda ini tidak memiliki
semangat untuk meneruskan studi nya. Begitu kekeh orangtuanya
tidak mengizinkan pemuda lulusan dari Pesantren ini untuk melanjutkan studi di bidang olahraga. Ibu dari pemuda gagah ini
menginginkan putranya mendalami ilmu Agama. Namun kenyataan itu tidak
menyurutkan langkahnya untuk terus berkiprah di dunia pendidikan meskipun tidak
di bidang yang ia sukai. Menurut
pemuda jebolan S1 hukum Islam ini, mulanya dia mengikuti tes beasiswa di
Pesantrennya secara terpaksa. Namun karena ke sholehannya yang selalu
patuh pada orang tua, dia pun
makin serius mengikuti semua tes beasiswa di Pesantrennya tersebut. Akhirnya
tes beasiswa yang dilaksanakan bulan Februari pra UAN MA ini telah menjadikan
pemuda dengan title santri ini mendapatkan sebuah beasiswa kuliah di
bidang Hukum Islam. Menurut Sarjana Hukum Islam lulusan IAIN Walisongo,
Semarang, Jawa Tengah ini semua hal yang kita inginkan tidak akan pernah terwujud
tanpa ridho orangtua. “Mungkin andai saja saya memilih ikut tes kuliah di
bidang olahraga, tidak akan pernah lulus karena gak mendapat ridho dari ibu”, ujar pemuda yang kerap disapa Syamsul
ini.
Rutinitas kesibukan pemuda asal Demak ini ternyata
tidak hanya saat ini saja, ia sudah terlatih dengan berbagai kesibukan dimasa
kuliahnya dulu. “Bangun subuh, kuliah sampai sore, malam ngaji lagi sama kiyai,
begitulah setiap harinya”, ujar pemuda kelahiran Demak ini. Pengalaman yang
indah dengan berbagai kesibukan di kampus dan di pesantren menjadikannya
sebagai mahasiswa yang mampu memejemen waktu. Tidak hanya dirutinitas kelas
saja dia aktif, namun Sarjana Hukum Islam ini menjabat sebagai ketua umum serta
menjadi kepungurusan nasional organisasi CSSMORA yaitu sebuah organisasi khusus
Mahasiswa PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi). “Kegiatan- kegiatan
inilah yang biasanya menjadi tempat refreshing
saya apalagi kalau ada acara nasional dengan anggota CCCMORA di Universitas
lain serta di sinilah saya belajar untuk berorganisasi”, ujarnya.
Syamsul adalah pemuda yang
terbiasa di didik mandiri di lingkungan sekolahnya apalagi dia selalu hidup di
Pesantren, ia terkadang terlihat begitu sederhana dengan pakaian ala santrinya
bila di luar kantor. Ia tidak pernah terlihat menampakkan semua kelebihan yang
ia miliki. Meskipun begitu, pemuda 26 tahun ini terlihat sangat bijaksana dihadapan
teman – teman nya, segudang motivasi lah yang telah merubahnya hingga dia mampu
menjadi pemuda yang terlihat bijaksana dan berkharisma. Baginya, motivasi benar
– benar membawanya sadar untuk menjadi seperti motivator yang ia banggakan. “Di
balik pemuda yang sukses pasti ada seseorang yang hebat” diungkapkan Syamsul
untuk memuji motivatornya sambil nyengir. Sebut saja Kiyai, Ia adalah seorang
pimpinan besar Pondok Pesantren di Semarang tempat Syamsul itu tinggal ketika
kuliah, begitu banyak motivasi – motivasi besar muncul dari beliau yang sampai
saat ini dijadikan pedoman oleh pemuda asal Demak, Jawa Tengah ini. Meskipun
hanya sepatah kata yang keluar dari bibirnya, namun begitu besar makna ucapan
kiyai tersebut. “Sampai saat ini saya masih ingat satu kalimat dari beliau
yaitu jangan membenarkan sesuatu yang sudah biasa tapi biasakan sesuatu yang
benar, itulah ucapan beliau yang masih saya pegang,” kata Syamsul. Sepenggal
kata itu telah dijadikan pedoman dalam berbuat apapun untuk selalu mengamalkan
dan menerapkan semua ilmu yang ia dapat tanpa mengikuti hal – hal buruk yang
sudah dianggap biasa oleh semua orang.
Status
sebagai staf Tim Teknis Operator Pusat
Sertifikasi yang disandangnya di Kementrian Agama RI saat ini ternyata salah
satu bentuk pengabdiannya selama dia mendapat beasiswa Program Beasiswa Santri
Berprestasi (PBSB) di IAIN Walisongo. Rasa syukurnya yang begitu tinggi inilah
yang membuat pemuda dari 5 bersaudara ini merasa ikhlas tanpa pamrih untuk
mengabdi demi mendapat pengetahuan yang lebih luwes lagi di Kementrian Agama
RI. “Kalau dilihat dari segi kacamata struktural saya memang bekerja namun
sebenarnya dan secara emosional masih dengan status pengabdian, beda dengan
bekerja penuh karena kalau bekerja kan
pasti kita menuntut hak kita untuk mendapat gaji kan, namun kalau pengabdian
itu ya niat dari hati kita sendiri lahh, rezeki
bakal tetap datang kox”, ujar pemuda
lulusan IAIN Walisongo ini dengan senyum semringahnya. Begitulah sekilas
pengabdian pemuda asal Demak, Jawa Tengah ini di Kementriam Agama RI.
Ternyata segala pengetahuan
dan pendidikan yang pernah ia dapatkan menjadi tembok untuk membentangi dirinya
sendiri, contohnya saja dalam membentengi diri dari pergaulan yang semakin
bebas ini. Kerasnya pergaulan remaja saat ini membuat pemuda 26 tahun ini sadar
bagaimana dia membentengi diri dengan pendidikan dan motivasi – motivasi itu
karena kehidupan sekarang yang sudah beraneka ragam, sehingga setiap orang bisa
menghalalkan semua cara. “Hidup ini
harus dijalani apa adanya, dengan pendidikan, Kerja keras dan tekun, terutama
dari diri sendiri lah yang menginspirasi untuk jauh dari hal negatif, pendidikan menjadi hal utama dan begitu
penting karena semakin banyak kita memperoleh pendidikan dan pengalaman, maka
semakin mudah juga kita membentengi diri dan merubah lingkungan tersebut”.
Demikian ungkap Muhammad Syamsul Ma’arif tentang resep kesuksesannya
menghindari hal – hal negatif dalam pergaulan remaja saat ini. Dan dari sinilah
cita-cita tingginya untuk melangkah ke pendidikan yang semakin tinggi semakin
membara demi merubah dirinya dan lingkungannya. “Jika pengetahuan dan tingkat
pendidikan kita semakin tinggi maka apa yang kita sampaikan itu akan lebih
bernilai. Jadi pendidikan lah yang menentukan, malah kadang cara bicara seseorang saja bisa dinilai seberapa besar
kualitas pendidikannya tersebut, ujar pemuda yang memiliki title santri ini.
Pendidikan menjadi hal yang sangat penting demi
menghadapi dunia yang semakin semrawut agar kita tetap mampu bertahan
mencapai kesuksesan ini. Langkah demi langkah dalam pendidikan telah menjadikan
pemuda ini sukses dan berkharisma karena dalam dirinya sudah tertanam jiwa
mandiri dan kerja keras. Sikap dan kerja kerasnya inilah yang patut untuk
ditiru oleh generasi muda agar tidak hanya tergantung kepada harta orang tua
saja.